KNID Jawa Barat: Kisah Komite Nasional Indonesia Mempertahankan Wilayah dari Ancaman Sekutu

Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Jawa Barat memainkan peran vital sebagai representasi pemerintahan sipil dan koordinasi perjuangan pada masa revolusi. Dibentuk tak lama setelah proklamasi, KNID menjadi jembatan antara pemerintah pusat dan kekuatan rakyat setempat. Tugas utamanya adalah mengisi kekosongan kekuasaan dan menggalang dukungan melawan kedatangan Sekutu yang memboncengi NICA (Belanda).

Peran KNID Jawa Barat menjadi krusial ketika Sekutu mendarat di Bandung pada Oktober 1945. Komite ini harus segera mengonsolidasi seluruh elemen perjuangan, mulai dari Badan Keamanan Rakyat (BKR), laskar pemuda, hingga para tokoh agama. Mereka berfungsi sebagai dewan penasihat bagi kepala daerah dalam mengambil keputusan taktis dan politis yang cepat.

Ancaman Sekutu dan NICA memicu KNID untuk mengambil tindakan ekstrem. Peristiwa heroik “Bandung Lautan Api” pada Maret 1946 adalah puncak koordinasi antara Komite Nasional Indonesia di daerah dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Keputusan untuk membumihanguskan Bandung Selatan diambil demi mencegah kota tersebut menjadi markas strategis musuh.

KNID Jawa Barat tidak hanya berjuang secara militer, tetapi juga secara politis. Mereka bekerja keras untuk menjaga moral dan loyalitas rakyat kepada Republik Nasional Indonesia, meskipun Belanda berusaha keras membentuk negara boneka federal di wilayah tersebut. Perjuangan sipil ini sama pentingnya dengan pertempuran bersenjata.

Komite Nasional Indonesia Daerah juga memiliki tanggung jawab besar dalam bidang ekonomi dan sosial. Mereka bertugas mengoordinasikan pembagian kebutuhan pokok dan memastikan roda pemerintahan sipil tetap berjalan di tengah kondisi darurat perang dan pengungsian massal akibat ultimatum Sekutu.

Kisah KNID Jawa Barat adalah cerminan dari peran Komite Nasional Indonesia di seluruh daerah. Mereka adalah ujung tombak pemerintahan sipil yang membantu menegakkan kedaulatan di tingkat lokal. Tanpa dukungan dan legitimasi yang diberikan oleh KNID, upaya pertahanan dan konsolidasi revolusi akan menjadi jauh lebih sulit.

KNID memastikan bahwa seluruh keputusan perjuangan memiliki dasar politik yang sah dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Melalui koordinasi ini, segala tindakan perlawanan di Jawa Barat, termasuk pertempuran-pertempuran sengit seperti di Bojongkokosan, terintegrasi dalam semangat Nasional Indonesia yang satu.

Pada akhirnya, Komite Nasional Indonesia Daerah di Jawa Barat mewariskan semangat pantang menyerah. Mereka membuktikan bahwa mempertahankan kemerdekaan bukan hanya tugas militer, tetapi juga tugas politik sipil yang memerlukan persatuan, kepemimpinan yang tegas, dan pengorbanan rakyat yang terorganisir.